Kali ini aku mau menceritakan pengalamanku traveling ke Bukittinggi. Mohon maaf kalau akan sangat panjang ceritanya, ya karena memang panjang, panjang jaraknya, panjang waktunya juga. Okay, sudah lama aku punya keinginan untuk ke Bukittinggi, dan akhirnya baru tercapai keinginan itu di bulan januari yang lalu. Sebenarnya aku agak memaksakan diri untuk pergi kali ini. Kondisi wabah covid-19 yang tak kunjung berakhir, serta cuaca yang sedang tidak bersahabat agak sedikit mengganggu di pikiran. Tapi kalau tidak saat ini kapan lagi, mumpung kondisi kerjaanku yang masih selow juga. Dan juga menjaga protokol kesehatan selama perjalanan. Perjalanan ke Bukittinggi ini aku tempuh melalui perjalanan darat dengan bus dan diselingi kapal saat menyebrang ke Pulau Sumatera dari Pulau Jawa begitu juga sebaliknya. Untuk waktunya sendiri kurang lebih aku menghabiskan waktu selama kurang lebih 7 hari untuk perjalanan ini.
Sebenarnya aku berencana berangkat sendiri. Tapi temanku, Maulana Yusuf, juragan Tauge&Kacang Ijo dari Jatiwaringin Bekasi, sebut saja Ayah, yang mengetahui rencanaku akhirnya ingin ikut denganku juga menuju Bukittinggi, penasaran katanya. Kita berdua pun mencari waktu yang pas untuk eksekusi, dan didapat lah tanggal 26 januari 2021 kita berangkat bersama-sama dari Jakarta. Jauh-jauh hari aku pun membooking tiket bus ANS dari Pondok Pinang ke Bukittinggi, dan dapat nomer seat 1&2.
Bookingan Tiket dari agen Pondok Pinang
ANS ini merupakan bus yang lagi naik daun di jurusan Bandung-Jabodetabek menuju Sumatera Barat khususnya daerah Solok, Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh, Pariaman, Lubuk Alung, Lubuk Basung dan sekitarnya. Ada 2 tipe pelayanan bus yang ditawarkan oleh ANS, yaitu kelas eksekutif biasa 36 seats, dan royal eksekutif 30 seats yang disertai legrest. Kita berdua pun lebih memilih untuk naik kelas royal eksekutif ini. Armada baru, chasis bus mercedes benz OH 1626 dengan dilengkapi air suspension, serta seats yang dilengkapi legrest sangat sayang untuk dilewatkan. Harga tiket 550ribu per orang rela kita bayar untuk mendapatkan kenyamanan itu. 2 hari sebelum keberangkatan, Ayah ngabarin, adiknya dia, Fuadi, ingin ikut juga. Akhirnya booking tiket lagi ke agen ANS Pondok Pinang, dan didapat bangku belakang nomer 30.
Tiket fisik yang sudah dipesan dari agen Pondok Pinang
Untuk kelas eksekutif biasa 36 seats dibandrol dengan harga tiket sebesar 450 per orang. Bedanya di armada ini tidak dilengkapi dengan legrest di seatsnya. Serta mayoritas armada di kelas ini menggunakan chasis mercedes benz OH 1526 leaf spring suspension yang tentu belum senyaman dibanding naik kelas royal eksekutif.
Senin, 25 januari 2021
Perjalananku menuju tanah Sumatera dimulai dari tempat domisiliku di Solo. Untuk keberangkatan kali ini aku baru pesan tiket di hari H dan sengaja memilih keberangkatan jam sore karena melihat selah waktu longgarku juga di hari itu. Siang hari di sela sela aktifitasku hari itu, aku menyempatkan ke Terminal Kartasura untuk beli tiket dulu, dan bus Cahaya Trans yang aku pilih. Tak banyak pertimbangan untuk memilih bus ini, selain karena belum pernah menaikinya, layanan eksekutif dengan seats berlegrest, serta perkiraan jam tiba di yang cukup bersahabat untuk lanjut istirahat dulu jadi pertimbanganku untuk menaikinya. Tiket seharga Rp 200.000 aku bayarkan untuk mendapatkan pelayanan tersebut.
Jelang keberangkatan cuaca cukup mendung kala itu, dan kuputuskan untuk segera berangkat saja dari tempat tinggalku. Dan benar saja, ketika sampai di Halte Batik Solo Trans depan PMI seketika hujan turun membasahi bumi. Untung saja sudah sampai di halte, aman dari terpaan air hujan untuk nyegat bus Batik Solo Trans yang akan mengantarkanku menuju Terminal Kartasura. Batik Solo Trans koridor 1 Palur-Bandara Adi Soemarmo lah yang akhirnya aku naiki saat itu. Gak ada yang special dengan perjalanan bus Batik Solo Trans ini, karena sehari-harinya aku juga kadang menggunakan jasa angkutan umum ini untuk keperluanku. Batik Solo Trans koridor 1 ini kemudian menyusuri jalan mulai dari halte PMI tempat aku naik kemudian jalan Urip Sumoharjo, Pasar Gede, Gladak, Jalan Slamet Riyadi, Sriwedari, Gendengan, Kota Barat, Manahan, RS Panti Waluyo, Solo Square, Pabelan, Gembongan dan sampai di tujuanku Terminal Kartasura.
Batik Solo Trans koridor 1
Setelah sampai, segera saja aku menuju ke agen untuk lapor ke pak Heri selaku pemilik agen Cahaya Trans. Selain menjual tiket Cahaya Trans, beliau juga menjual tiket bus Garuda Mas. Bagi yang ingin naik bis tersebut dari Terminal Kartasura, bisa menghubungi pak Heri lewat telepon, atau chat whatsapp di nomer 085879923818. Oiya, kali ini aku mendapat bingkisan kalender Cahaya Trans dari pak Heri, lumayan lah.
Tiket bus Cahaya Trans+kalender
Jam 15.49, armada Cahaya Trans yang kunaiki berangkat meninggalkan Terminal Kartasura. Kali ini aku mendapatkan armada dengan bodi Avante H8 buatan karoseri Tentrem dengan chasis hino R235. Bus ini berfasilitas AC dengan jumlah 32 seats berlegrest disertai bantal dan selimut. Bus ini juga disediakan toilet yang digunakan untuk buang air kecil saat bus berjalan. Tak lama setelah bus berangkat, aku mendapatkan sebungkus snack yg berisi air mineral botol kecil, roti, wafer, dan permen. Lumayan lah.
Bus Cahaya Trans tiba di Terminal Kartasura
Snack bus Cahaya Trans
View saat bus Cahaya keluar Tol Salatiga
Bus langsung masuk tol Trans Jawa melalui gerbang Tol Colomadu jam 15.57. Hujan sempat beberapa kali menghiasi perjalananku tak lama setelah masuk tol. Tak ada yang spesial, di tol bus melaju cepat tapi tidak terlalu kencang, perjalanan terasa menjemukan, tak ada lagi pemandangan seperti jaman dulu, bermacet-macet ria di ruas jalan nasional Boyolali-Salatiga di sore hari. Memang paling cocok untuk beristirahat saja. Bus sempat keluar tol di Gerbang Tol Salatiga untuk menaikkan penumpang di Terminal Tingkir, Salatiga.
Jam 17.44 bus keluar tol di Gerbang Tol Weleri menuju ke rumah makan Sari Rasa, Jenarsari, Kendal untuk melakukan servis makan kepada penumpangnya.
Tiba di Rumah Makan Sari Rasa
Servis makan bus Cahaya Trans
Jam 18.35 bus diberangkatkan kembali dari rumah makan Sari Rasa setelah melakukan servis makan kepada penumpang. Selepas Gerbang Tol Weleri, masih sama, laju bis cenderung cepat tapi tidak terlalu kencang. Rasa juga biasa saja, tidak ada yang menarik perhatian selama bus melaju kendaraan di ruas Tol Trans Jawa. Ya sudah lah, tarik selimut, memang cocoknya untuk tidur.
Setelah sempat menurunkan penumpang di Klari, Karawang Timur, dan juga Bekasi Timur, akhirnya aku pun turun di tujuanku di Jatiwarna, Bekasi jam 00.04 (h+1). Selanjutnya aku pun menuju ke rumah ayah Maulana untuk transit istirahat sampai pagi nanti dan kemudian lanjut menuju Sumatera.
Selasa, 26 Januari 2021
Pagi jam 8, panggilan telpon dari agen ANS Pondok Pinang masuk membuatku mules. Kita disuruh untuk segera kumpul di Pondok Pinang karena katanya bis masuk jam 9. Kala itu aku, ayah, Fuadi dan juga ditemani Faisal sedang berada di Penjaringan, Jakarta Utara karena ayah mau nagih dulu ke rekanan usahanya. Oiya, Faisal ini membantu kami dengan mengantarkan sampai terminal dari Jatiwaringin, dan mampir Penjaringan. Makasih y sal, sayang kowe gak ikut y. Setelah kebut di tol, akhirnya jam 9 lebih 15 menit kami sampai di Terminal bayangan Pondok Pinang. Ada yang mengganjal di pikiranku saat sampai di Pondok Pinang ini. Aku dan ayah pun ke loket dulu untuk laporan, sementara Fuadi, Faisal, dan barang-barang bawaan biar di mobil dulu. Sampai loket pun kejadian yang kita tidak inginkan pun terjadi. Sang agen memberi tahu kami kalau katanya bus ANS hari itu tidak jalan. Kami berdua pun tak lantas serta merta begitu percaya saja. Agen menawarkan kepada kami untuk dioperkan ke bus MPM atau uang kembali 100%. Kami berdua pun kembali ke mobil dulu untuk berdiskusi sejenak, membicarakan plan selanjutnya. Kita sempat cari info di facebook juga, ternyata bus ANS hari itu jalan, tapi tidak masuk ke Terminal Bayangan Pondok Pinang. Kami mencium ada permasalahan yang terjadi.
Setelah berdiskusi, kita putuskan mencoba menghubungi agen bus ANS di Terminal Poris Plawad, Tangerang, mencoba mengais sisa-sisa kursi dari kekusutan permasalahan di Pondok Pinang ini. Kita tetap mencoba berangkat untuk tetap naik ANS bagaimanapun caranya. Kita cukup yakin masih ada tiket yang bisa dapat. Kalau gagal, ya sudahlah. Jawaban telpon agen ANS Terminal Poris pun cukup melegakan kami. Masih ada sisa kursi katanya, tapi kita disuruh segera datang langsung saja kesana. Okay lah kita cus ke Poris. Sebelum berangkat ke Poris, kita ke loket dulu untuk meminta uang tiket yang sudah kita bayarkan sebelumnya, Alhamdulillah kembali 100% utuh. Tak lupa juga pamitan ke Ewy yang menyempatkan diri nyamperin aku ke Pondok Pinang ini di sela-sela kerjaannya. Maaf y, ketemu cuma 10 menitan, kondisi darurat, makasih udah nyamperin 🙏
Sampai Terminal Poris Plawad sekitar jam setengah 11 siang, aku dan ayah langsung menuju ke loket agen bus ANS untuk menebus tiket. Sementara Fuadi&Faisal menunggu dulu di mobil. Dan Alhamdulillah kita masih kebagian 3 seats tersisa di nomer seat 10, 11, 12 untuk armada royal eksekutif. Tak dapet seat terdepan tak masalah, malah kita jadinya duduk sebaris bertiga. Mungkin memang sudah jalannya seperti ini.
Tiket bus ANS dari Terminal Poris Plawad
Daftar bus ANS yang jalan di hari itu dari Bandung&Jabodetabek
Terima kasih banyak untuk bang Jamil selaku agen bus ANS Terminal Poris Plawad yang sudah membantu kita kali ini. Tak terbayang kalau akhirnya kita jadi gagal ke Bukittinggi gara-gara kekusutan ini. Yang ingin bepergian ke Sumatera Barat khususnya daerah Solok, Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh, Pariaman, Lubuk Alung, Lubuk Basung dan sekitarnya dari Terminal Poris Plawad, Tangerang, bisa mencoba untuk naik bus ANS ini. Tiket bisa dibeli melalui bang Jamil selaku agen bus ANS Terminal Poris Plawad, atau bisa menghubunginya terlebih dahulu di nomer telpon 081298495290.
Kurang lebih jam 12 siang, bus yang akan kita naiki pun datang di Terminal Poris Plawad. Bus dengan rakitan karoseri Morodadi Prima dengan nama bodi Patriot ini parkir dengan gagahnya. Bus yang akan kita naiki ini terlihat masih sangat kinclong di bodinya, masih lumayan baru karena baru beroperasi sekitar sebulan. Kali ini kita akan naik bus ANS berplat BA 7126 QU dengan nama tenarnya Neo Netral. Karena barang bawaan kita cukup banyak, tas-tas yang kita bawa pun kita taruh di bagasi bawah. Kalau di taruh di dalam kabin penumpang takutnya malah bikin ruang sesak. Untuk penumpang yang naik dari Terminal Poris Plawad, kita akan mendapatkan label yang akan dipasang ke barang bawaan yang akan kita taruh di bagasi bawah, sehingga meminimalisir barang kita tertukar atau terbawa oleh penumpang lain. Nilai plus menurutku. Setelah kita naruh barang di bagasi kita pun naik ke dalam bus. Sekat antara kabin kemudi dan kabin penumpang menjadi penyambut kami saat masuk ke dalam kabin penumpang. Wah berpotensi bikin kedinginan ini saat malam hari, karena dari pengalaman yang sudah-sudah, naik bus bersekat cenderung akan sangat dingin suhu ruangnya saat malam hari. Kekhawatiranku sedikit berkurang saat melihat di seats yang akan aku duduki tersedia selimut dan bantal, ya lumayan lah. Selain selimut&bantal yang menjadi nilai plus, seats yang aku duduki ini juga sangat menjadi nilai plus karena ukurannya yang jumbo ini. Seats jumbo buatan hai rimba kencana ini tentu juga disertai legrest sebagai penambah kenyamanan mengingat kita memilih untuk naik ANS kelas royal eksekutif karena seatnya yang berlegrest.
Bus ANS “Neo Netral” BA 7126 QU tiba di Terminal Poris Plawad
Seat bus ANS+Legrest+Bantal+Selimut
View dari dalam bus ANS, terlihat ada sekat pembatas antara ruang kemudi&ruang penumpang
Selfi bareng Faisal yang sudah rela mengantar ke Terminal Poris Plawad, semoga suatu saat bisa menyusul juga sal
Jam 12.16 bus kita diberangkatkan dari Terminal Poris Plawad, Tangerang menuju tanah Sumatera Barat. Tak lupa juga pamitan ke Faisal yang sudah rela mengantar keberangkatan kami, terima kasih sal, semoga suatu saat bisa ke Bukittinggi juga kowe. Oiya, hari itu bus yang kita naiki full seats. Emang penumpang Sumatera Barat ini gak ada obatnya, jarang sepi penumpang yang naik bis di jalur Jabodetabek Bandung menuju Sumatera Barat atau sebaliknya. Tak lama bus melaju kemudian kita mendapatkan sekotak snack yang dibagikan oleh kru bus. Sepotong roti sus ukuran lumayan gede, sepotong risoles yang cukup tebal, dan air mineral gelas lumayan lah untuk mengganjal perut sampai pemberhentian makan berikutnya.
Snack bus ANS
Bus pun kemudian masuk tol Jakarta-Merak melalui Gerbang Tol Cikokol. Bus dikemudikan dengan laju yang cukup banter tapi tetap aman. Di sela-sela perjalanan ini kita sempat berpapasan dengan pasukan-pasukan bus dari Sumatera Barat menuju ke arah Jabodetabek seperti ANS, Bintang Kedjora, NPM, Transport Express, MPM. Gasik juga pikirku, siang hari sudah menapakkan rodanya di tanah Jawa. Sekitar sejaman perjalanan akhirnya kita sampai gerbang Tol Merak jam 13.37. Bus kemudian berbelok melalui jalur lama mengarah ke pelabuhan. Sempat pula berhenti sebentar di agen ANS Merak untuk menaikkan seorang penumpang. Jam 13.47 bus pun akhirnya sampai di dermaga ekskutif pelabuhan penyebarangan. Salah satu keunggulan kita menaiki bus ANS ini adalah bus ini menggunakan kapal eksekutif untuk penyebrangannya, yang tentu saja memiliki keunggulan lebih seperti waktu tempuh yang lebih cepat, dan juga lebih nyaman dibanding dengan menggunakan kapal penyebrangan kelas biasa. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, bus pun masuk kapal jam 14.07.
Jam 14.50 setelah proses muat kendaraan dan penumpang, kapal yang bernama KMP Sebuku ini pun angkat jangkar menuju ke Pelabuhan Bakauheni. Gelombang laut yang lumayan tinggi cukup bikin aku jiper kala itu, karena aku memang agak takut dengan situasi seperti di tahun 2017 aku merasakan hal yang sama saat menyebrang Selat Bali dengan kapal penyebrangan. Tapi ya Bismillah, biar senantiasa dilindungi-Nya. Di kapal, semua penumpang bus wajib turun dari bus dan diarahkan untuk duduk di kabin penumpang kapal. Di kapal kita makan siang agak kesorean. Kali ini kita makan bekel yang dibawain oleh mamah Uus, istrinya ayah. Nasi, mie goreng, dan ayam goreng menjadi sajian makan siang kala itu. Terima kasih mamah Uus atas bekalnya. Setelah makan selesai, kita pun beristirahat sekedar duduk-duduk saja agar badan tetap fit. Kita di kapal sempat mengexplore beberapa bagian tempat. Sepertinya KMP Sebuku yang aku naiki kali ini sama seperti KMP Sebuku yang pernah aku naiki saat menyebrang Selat Sunda tahun 2017 silam. Kita juga mencoba untuk masuk di bagian kapal agak depan, dan ternyata arus gelombang cukup terasa saat duduk di depan.
Meninggalkan Pulau Jawa
Semakin dekat dengan Pulau Sumatera
Jam 16.20 kapal pun akhirnya bersandar di dermaga pelabuhan Bakauheni. Selamat datang di Pulau Sumatera.
Memasuki Gerbang Tol Bakauheni Selatan
Bus pun melaju keluar kapal yang kemudian berlanjut keluar pelabuhan menuju jalur Tol Trans Sumatera. Selepas Gerbang Tol Bakauheni Selatan aku sempat tertidur. Lumayan lama tertidur, aku pun bangun saat bus menjelang keluar tol. Tak lama kemudian bus pun keluar di Gerbang Tol Gunung Sugih untuk menuju Rumah Makan Gadang Jaya 3 di daerah Bandar Jaya untuk peristirahatan berikutnya.
Jam 17.49 akhirnya bus sampai juga di Rumah Makan Gadang Jaya 3, terlihata beberapa bus ANS sudah tiba di rumah makan sebelumnya. Posisi rumah makan sendiri tak jauh dari Gerbang Tol Gunung Sugih, sehingga tidak memakan waktu banyak untuk proses keluar masuk tolnya. Di rumah makan ini aku makan makanan bekel dari mamah Uus yang masih tersisa, sementara ayah beli makan seporsi nasi padang dengan lauk ayam goreng untuk tambahan.
Tiba di Rumah Makan Gadang Jaya 3
Jam 18.34 bus diberangkatkan kembali dari Rumah Makan Gadang Jaya 3. Bus kemudian diarahkan masuk tol di Gerbang Tol Gunung Sugih lagi. Hujan deras mewarnai perjalanan kita kali ini selepas masuk tol di Gunung Sugih. Kali ini aku tetap terjaga, tidak tidur. Sementara ayah&adiknya memutuskan untuk tidur. Tidak ada pemandangan yang menarik selama perjalanan di tol ini, yang ada hanyalah gelap sejauh mata memandang wkwkwk.
Jam 21.37 bus mengakhiri perjalanan tol di Gerbang Tol Kramasan daerah Palembang, karena jalan Tol Trans Sumatera baru mentok sampai sini saja. Bus dibawa melaju menuju ke arah jalan lintas timur Sumatera melalui jalan By Pass Soekarno Hatta, Palembang. Saat melintasi jalan By Pass, kita akan melewati jembatan Musi II yang membentang di atas sungai Musi yang cukup terkenal ini. Bus juga sempat beberapa kali berhenti untuk masuk SPBU keperluan isi solar. Namun karena antrian yang panjang, bus pun tak jadi untuk antri isi solar. Sampai daerah Alang-Alang Lebar, Palembang, melihat sebuah SPBU yang tak banyak antrian isi solar, bus pun kemudian memutuskan untuk isi solar di SPBU tersebut. Mungkin bagi yang belum paham, di daerah Sumatera sendiri sering sekali terjadi kelangkaan solar di beberapa tempat. Sehingga saat ada SPBU yang tersedia solar, pasti akan terjadi antrian panjang kendaraan untuk isi solar. Selepas bus isi solar tak lama kemudian aku memutuskan untuk tidur saja, karena sudah ngantuk berat saat itu.
Rabu, 27 Januari 2021
Jam 02.55 aku terbangun dari tidur saat bus memasuki area parkiran Rumah Makan Simpang Raya, Bayung Lencir, Musi Banyuasin. Kali ini aku tidak makan, karena sangat malas jam-jam segini untuk makan. Sementara Ayah&Fuadi memilih untuk makan pop mie. Suasana rumah makan sangat ramai dengan bus-bus Sumatera Barat yang singgah kali itu. Tak cuma ANS saja, ada pula bus MPM, NPM yang singgah di rumah makan kala itu.
Tiba di Rumah Makan Simpang Raya
Jam 03.35 bus diberangkatkan kembali dari rumah makan. Tak jauh dari rumah makan, kira-kira sekitar 20 menit perjalanan, bus sampai daerah Tempino, Jambi. Disini bus berbelok menuju arah lintas tengah Sumatera via Muara Bulian, Muara Tembesi, Muara Tebo dan nantinya akan bertemu dengan jalur lintas tengah Sumatera di Muara Bungo. Selepas Tempino ini akan ditemui banyak jalan rusak yang cukup menghambat perjalanan. Selepas Tempino ini, aku memutuskan untuk tidur kembali. Oiya, bus ini juga sempat berhenti untuk memberikan kesempatan sholat Subuh bagi penumpangnya di Mushola As-Saidin daerah Muara Bulian. Luar biasa memang pelayanan bus ANS ini.
Sekitar jam 7 pagi aku bangun dari tidurku, entah sampai daerah mana kala itu. Pemandangan hutan dengan jalan berkelak-kelok menjadi santapan pagi setelah bangun dari tidurku. Bus melaju hingga kemudian melintasi sungai Batanghari, Muara Tebo, dan kemudian bertemu jalur lintas tengah di Muara Bungo. Bus juga mampir masuk terminal Kota Lintas, Muara Bungo jam 9 pagi. Bus hanya sekedar lewat saja di terminal. Selepas Muara Bungo, bus kita juga masuk SPBU di daerah Rantauikil untuk isi solar. SPBU ini sendiri konon kabarnya masih milik dari bus ANS ini.
Jam setengah 12 siang, setelah menempuh perjalanan melewati daerah Muara Bungo, Sungai Rumbai, Gunung Mesan Sungai Daerah, Pulau Punjung, bus ANS yang kita naiki pun sampai di pemberhentian berikutnya di Rumah Makan Palapa, Sijunjung yang sudah masuk wilayah provinsi Sumatera Barat. Disini sebenarnya aku ingin makan berat. Tapi karena kondisi perut yang takut mules, sementara pemberhentian berikutnya yaitu di Solok masih sangat jauh, akhirnya aku memutuskan untuk makan popmie yang kubeli dari rumah makan sebesar 10 ribu rupiah saja. Kutambahkan juga ke dalam popmie, sisa-sisa ayam goreng dari bekel kemarin yang masih enak untuk dimakan. Ayah dan Fuadi lebih memilih untuk makan bakso di warung samping rumah makan.
Tiba di Rumah Makan Palapa
Suasana di Rumah Makan Palapa
Jam setengah 1 siang, bus diberangkatkan kembali dari rumah makan. Sudah semakin dekat dengan tujuan akhir. Jalan rusak cukup banyak ditemui di lintas tengah Sumatera Barat. Lumayan menghambat perjalanan kita kali ini. Selepas rumah makan Palapa, Sijunjung, bus pun kemudian melewati daerah Kiliran Jao, Muaro Kalaban, Silungkang dan kemudian Solok.
Bus sampai di Terminal Bareh, Solok jam 3 sore. Di Terminal Bareh, Solok ini lah terjadi proses transit ke bus yang akan membawa kita ke tujuan akhir. Bus pemberangkatan dari Jawa yang berangkat bareng-bareng kemarin, nanti akan diplot masing-masing ada yang tujuan Padang, ada yg tujuan akhir Bukittinggi, Batusangkar-Payakumbuh, dan ada juga yang ke Pariaman-Lubuk Basung. Proses transit ini dilakukan untuk lebih mengefektifkan waktu tempuh. Jika 1 bus harus mengcover semua tujuan akhir di daerah Sumatera Barat tentunya malah akan sangat tidak efektif. Namun ya minusnya adalah kita mesti transit pindah bus, jikalau bus yang kita naiki sebelumnya ternyata diplot bukan tujuan akhir kita. Karena semua bus belum datang kala itu, maka proses transit belum bisa dilakukan saat itu juga, harus menunggu semua bus sudah kumpul dulu. Karena bus belum datang semua, ya aku gunakan waktu luang untuk keluar bus sekedar jajan batagor. Setelah semua bus berkumpul, ternyata bus yang aku naiki sebelumnya diplot untuk tujuan akhir Padang, dan untuk tujuan Bukittinggi diharuskan pindah bus. Kita diarahkan untuk pindah ke bus ANS yang masih sama kelas royal eksekutif, dengan nomer plat BA 7129 QU dengan nama tenar, Tanabe. Nomer kursi pun juga tidak sama dengan yang kita dapat sebelumnya, sedapatnya. Tak apalah.
Semua bus ANS sedang menunggu proses transit di Terminal Bareh, Solok
Muka-muka lelah
Bus ANS yang kunaiki selanjutnya berangkat dari Terminal Bareh, Solok pada pukul 4 sore setelah proses transit selesai. Dari Solok, bus pun diarahkan menuju ke arah Padang Panjang, selanjutnya Bukittinggi via pinggir Danau Singkarak. Selepas Solok, aku pun maju ke depan untuk duduk di kabin kemudi depan, tentu saja karena ingin melihat pemandangan Danau Singkarak yang merupakan danau terbesar di wilayah Sumatera Barat. Selepas daerah Sumani pemandangan Danau Singkarak mulai terlihat dari kejauhan. Sesampainya di Danau Singkarak, aku takjub dengan pemandangannya. Pemandangan danau dan juga pegunungan sebagai latar belakangnya sangat-sangat menyegarkan mata.
Danau Singkarak 😍
😍
Dashboard kemudi bus ANS Royal Eksekutif
Selepas Pasar Ombilin, pemandangan Danau Singkarak pun berganti menjadi pegunungan di kanan kiri jalan. Terlihat juga pemandangan Gunung Marapi, dan Gunung Singgalangdi kejauhan. Jalan pun mulai menanjak. Udara luar yang masuk melalui jendela pintu yang terbuka pun mulai terasa dingin. Tak salah memang aku menjadikan Sumatera Barat menjadi tujuanku untuk berpiknik.
View selepas daerah Ombilin
Bus ANS kami kemudian sampai di Terminal Bukit Surungan, Padang Panjang jam setengah 6 sore. Bus hanya melintas saja di dalam terminal karena tidak ada penumpang yang turun disini. Selepas Padang Panjang, jalan kembali semakin menanjak, udara juga semakin dingin, Bukittinggi semakin dekat.
Akhirnya, setelah perjalanan yang cukup lama selepas Padang Panjang karena arus lalu lintas yang padat, jam 18.13 bus ANS yang kami naiki sampai lah di Pool Bus ANS Bukittinggi, yang berlokasi di jalan Kapas Panji sebelum masuk kota.
Bus ANS “Tanabe” BA 7129 QU tiba di Pool ANS Bukittinggi
Lega rasanya akhirnya bisa menginjakkan kaki disini. Tak lama kami disini, kami kemudian memutuskan segera menuju hotel Platinum Low Budjet. Sebelumnya aku sudah memesan 1 kamar untuk digunakan bertiga nantinya. Kendaraan online Gocar pun menjadi pengantar kami menuju ke hotel yang sangat dekat lokasinya dengan Benteng Fort De Kock, Jembatan Limpapeh, dan tentunya cukup dekat juga dengan Jam Gadang. Murah saja, 24ribu saja ongkos naik Gocar dari Pool ANS menuju hotel.
Sampai hotel, aku pun menyelesaikan urusan administrasi. Oiya, kita menginap disini selama 2 malam. Ya cukup lah untuk istirahat&mengexplore Bukittinggi. Dikarenakan kamar yang aku pesan sebelumnya hanya untuk kapasitas 2 orang, oleh pihak hotel diharuskan untuk membayar tambahan 1 orang sebesar 100ribu untuk 2 malam. Kamar yang aku pesan ini lumayan lah. Tersedia kamar mandi dalam yang bisa untuk mandi air hangat. Tersedia pula televisi sebagai pemanis ruangan. Selain itu kita juga akan mendapatkan sarapan pagi, lumayan lah ngirit makan di pagi hari. Ada satu hal yang unik, hotel disini sepertinya rata-rata tidak memakai AC seperti halnya kamarku. Memang sih, tanpa AC pun kamar sudah terasa dingin.
Bookingan Hotel Platinum lewat Traveloka
Tarif Hotel Platinum
Alamat+Kontak Hotel Platinum
Malam harinya setelah mandi kita bertiga pun mencari makan di sekitaran hotel dengan berjalan kaki. Dari referensi yang aku tau, di sekitaran hotel ini kalau malam memang banyak kuliner kaki lima. Dan benar saja, banyak kuliner kaki lima tersebar di sekitaran Jembatan Limpapeh. Setelah sempat berfoto sebentar, akhirnya kami pun menuju ke warung kaki lima yang jualan nasi goreng&bakmi Surabaya. Lokasinya sangat dekat dengan Jembatan Limpapeh. Duh jauh-jauh ke Bukittinggi kok ya makan makanan yang ada di Jawa wkwkwk. Kita kompak memesan nasi goreng saja. Nasi goreng yang kami pesan ini sangat rekomen untuk ukuran warung kaki lima. Porsinya banyak, rasa juga enak, dan tentunya harganya yang sangat terjangkau cuma 15 ribu saja. Selain itu, air mineral gelas yang kami ambil pun juga gratis.
Selfi dulu dengan latar belakang Jembatan Limpapeh
Nasi Goreng Surabaya porsi sangat mengenyangkan
Jembatan Limpapeh
Makan sudah, kami pun segera menuju Jam Gadang biar tidak kemalaman. Jarak dari warung makan tadi sampai Jam Gadang cukup dekat dan kita tempuh dengan berjalan kaki saja. Akhirnya setelah 10 menitan, sampai juga kita di Jam Gadang yang sangat ikonik di Bukittinggi ini. Impian lama untuk bisa sampai sini pun tercapai juga, syukur Alhamdulillah. Malam itu di kawasan jam Gadang tidak terlalu ramai pengunjung karena waktu itu cuaca juga agak gerimis. Tak lupa juga setelah itu kita pun foto-foto disini. Impian untuk bisa berfoto di Jam Gadang pun terlaksana sudah walaupun di malam hari. Besoknya kita akan kesini lagi tentunya untuk berfoto dengan pemandangan siang harinya. Setelah puas berfoto kita pun segera pulang menuju hotel untuk istirahat karena besok kita akan mengexplore sebagian kecil yang ada di Bukittinggi ini.
Jam Gadang di malam hari
Akhirnya tercapai juga foto di Jam Gadang walau di malam hari