Cerita Fajar Senja

dari fajar untuk senja


1 Comment

BUKITTINGGI (3)

Jum’at, 29 januari 2021
Hari jum’at ini adalah hari kepulanganku ke Jawa bersama partnerku, ayah&Fuadi. Rasanya masih ingin tetap stay berlama-lama disini. Suasana kota yang adem, nyaman, dan keramah tamahannya sangat membekas di hati. Bukittinggi memberikan wawasan baru bagiku yang selama ini hanya terbatas di Jawa saja. Kita berencana check out jam setengah 8 pagi hari itu, karena mengejar jam kumpul keberangkatan bus di Padang Panjang yaitu jam setengah 9 pagi. Sebelum check out, tak lupa kita sarapan dulu di hotel, menunya masih sama dengan hari sebelumnya yaitu nasi goreng, dan minuman teh refill sepuasnya.

Setelah checkout, kita pun naik gocar menuju Jambu Air, tidak ke Aur Kuning seperti kemarin yang untuk selanjutnya naik L300 menuju ke Padang Panjang. Sampai Jambu Air, kita tak lama menunggu L300 yang akan dinaiki karena memang cukup banyak angkutan ini di jalur tersebut. Ongkos naik masih sama seperti kemarin yaitu Rp 7000 saja dari Bukittinggi menuju ke Padang Panjang. Sampai di Padang Panjang, kita memutuskan untuk turun di bawah Flyover Padang Panjang saja karena jaraknya lebih dekat untuk berjalan kaki menuju ke Terminal Bukit Surungan, Padang Panjang ketimbang saat turun dekat MTS N 1 Padang Panjang kemarin. Oiya, angkutan L300 ini rutenya tidak lewat terminal.

Sanpai terminal kita cek in dulu di agen. Hari itu kita mendapat armada dengan nama julukan “Mata Air”. Kita juga dikasih tahu kalau bus kita akan telat berangkat, no problem lah. Saat menunggu bus datang kita juga banyak ngobrol dengan Bang Ujang Indra selaku agen. Bagi yang ingin naik bus Transport Express dari Padang Panjang ini bisa memesan tiketnya ke Bang Ujang Indra dengan menghubungi nomor telepon 081378237395.

Saat menunggu bus kita datang, bus-bus lain datang terlebih dahulu seperti ANS, NPM, MPM, Yoanda Prima, Gumarang Jaya, Epa Star. Disini kita juga ketemu oleh beberapa bismania yang hunting di terminal ini.

Setelah kurang lebih 2 jam menunggu, bus Transport Express yang akan kita naiki pun datang. Segera kita naik ke bus karena bus tidak berhenti lama disini. Tak lupa pamitan ke temen bismania yang hunting, dan juga bang Ujang Indra selaku agen, terima kasih atas keramah tamahannya. Bus lepas terminal jam 10.50. Aku duduk di seat 14, sementara ayah&Fuadi duduk di seat 17&18. Oya, bus ini berkapasitas total 39 seats, tidak ada legrest seperti saat naik ANS kemarin. Bus ini menggunakan chasis mercedes benz OH 1626 dilengkapi dengan air suspension, sama saat naik ANS kemarin, cuma ini chasis berumur lebih tua saja.

Bus keluar terminal mengambil rute menuju arah Flyover Padang Panjang, by pass Padang Panjang, Pitalah, Ombilin, Singkarak, Sumani, Solok. Saat melewati danau Singkarak ini aku sempat tertidur hingga menjelang masuk Solok. Menjelang masuk Solok aku pun jajan Pargede Jaguang (Perkedel Jagung) yang dijajakan pedagang asongan karena mulai merasakan lapar.
Masuk Terminal Bareh, Solok 12.15, bus cuma numpang lewat saja tidak menaikkan penumpang. Bus selanjutnya mengambil rute menuju arah Muaro Kalaban, Dharmasraya. Di perjalanan ini aku sempatkan untuk istirahat saja, sempat beberapa kali mata terpejam.
Bus memasuki Rumah Makan Umega, Gunung Medan jam 15.12 untuk melakukan istirahat pertama. Disini aku memutuskan untuk makan karena sudah sangat lapar, demikian juga ayah&Fuadi. Disini aku makan nasi padang dengan lauk gulai telur bulat, sementara ayah&Fuadi makan nasi padang dengan lauk kikil. Oya, nasi, sayurnya ngambil sendiri prasmanan. Untuk makanan yang aku makan ini dibanderol dengan harga 18 ribu rupiah. Ya masih wajar menurutku.

Jam 15.51 bus Transport Express kembali melanjutkan perjalanan menuju arah Sungai Rumbai, Muara Bungo. Bus sempat mampir isi solar di SPBU daerah Lubuk Landai.
Sampai Muara Bungo pas jam 18.00, bus mengambil rute belok menuju arah lintas timur via Muara Tebo, Muara Tembesi, Muara Bulian dan nanti akan tembus di jalan lintas timur Sumatera di daerah Tempino. Rutenya masih sama saat naik ANS sebelumnya. Seperti halnya habit bus-bus Sumatera Barat lain, bus Transport Express yang aku naiki ini juga memberikan kesempatan penumpangnya untuk menunaikan ibadah Sholat Maghrib. Bus yang aku naiki ini berhenti di Masjid Yamp Komplek Perkantoran KM 12 daerah Muara Tebo untuk mampir sholat Maghrib. Lepas Muara Tebo ini aku gunakan untuk beristirahat saja, tidur.

Sabtu, 30 januari 2021
Sempat terbangun beberapa kali dari tidur, sampai akhirnya bus sampai di Rumah Makan Simpang Raya, Bayung Lencir jam 00.36 untuk melakukan istirahat yang kedua kalinya. Kali ini aku cuma duduk-duduk saja di rumah makan, tidak makan juga, selain karena kenyang juga malas makan tengah malam gini.

Bus Transport Express kembali melanjutkan perjalanan jam 01.15. Dan tentu saja lepas rumah makan ini aku tidur lagi.
Bangun-bangun ternyata sudah jam 06.03 pagi saat bus memasuki Gerbang Tol Kramasan di Palembang. Lumayan pulas juga tidurku. Di tol ini selanjutnya aku beberapa kali sempat tidur-tidur ayam. Di Tol Trans Sumatera ini sempat beberapa kali beriringan dengan bus NPM yang sama-sama menuju arah ke Jawa. Bus juga sempat mampir isi solar di Rest Area KM 215B.
Jam 10.10 bus Transport Express yang aku naiki akhirnya sampai juga di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Kali ini bus yang aku naiki menyebrang lewat dermaga biasa, tidak seperti saat naik ANS yang menyebrang melalui dermaga eksekutif. Untungnya kali ini proses muat kapal berlangsung cepat. Jam 10.33 kapal pun berangkat meninggalkan Pelabuhan Bakauheni menuju Pelabuhan Merak. Di kapal ini aku duduk di dek biasa, sementara ayah&Fuadi nambah servis masuk ruangan berbayar. Di kapal ini aku tak lupa juga makan nasi bungkus yang sebelumnya sudah aku beli di pedagang asongan yang masuk ke bus tadi saat bus memasuki pelabuhan. Cuaca siang kali ini lumayan bersahabat, gelombang ombak juga lebih bersahabat timbang saat berangkat naik ANS sebelumnya.
Jam 12.47 bus Transport Express pun mendarat di Pelabuhan Merak setelah 2 jam pelayaran yang cukup lancar. Keluar Pelabuhan Merak, bus mengambil rute menuju jalan via atas yang langsung tembus Gerbang Tol Merak. Bus sempat mampir sebentar di rumah makan Omega, Merak selama 20 menit untuk istirahat yang ketiga kalinya. Nanggung banget udah mau sampai malah istirahat. Penumpang bus juga cuma duduk-duduk saja saat di rumah makan, karena kebanyakan sudah makan saat di kapal tadi.

Selepas rumah makan, bus kembali melanjutkan perjalanan menuju ke arah Jakarta. Perjalanan sempat terhambat di daerah Serang karena kemacetan. Bus yang aku naiki ini melayani titik penurunan di Terminal Poris Plawad, Rest Area Karang Tengah, Terminal Kampung Rambutan, dan tujuan akhir Pool Bekasi. Sementara penumpang Bogor akan dishuttle menggunakan armada lain.
Setelah perjalanan kurang lebih 2 jam dari Merak, bus Transport Express sampai juga di Terminal Poris Plawad, Tangerang jam 15.01. Aku pun memutuskan turun disini, sementara ayah&Fuadi melanjutkan perjalanan dan akan turun di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta. Sungguh perjalanan luar biasa dengan bus Transport Express ini. Dengan tarif termurah dibandingkan dengan yang lain, tapi pelayamannya gak murahan. Bus juga gasik sampainya.

Minggu, 31 januari 2021
Di hari minggu siang itu sekitar jam 2 siang aku janjian dengan Faisal di halte Cawang UKI. Setelah sebelumnya berangkat menuju ke Bukittinggi diantar Faisal, kali ini pulang dari Jakarta pun diantarkan lagi olehnya. Kali ini aku akan diantarkannya menuju ke daerah Pasar Induk Kramat Jati dimana aku akan naik bus Pepeje Berlian Jaya menuju ke Semarang nantinya. Kenapa naik bus Pepeje Berlian Jaya? Karena kebetulan kala itu aku mendapatkan Tiket BDB (Bebas Dari Biaya) cuma-cuma dari panitia FPL BMC (Fantasy Premier League Bismania Community). Lumayan cukup mengirit ongkos kali ini. Sebelumnya aku sudah konfirmasi&dipesankan tiket melalui dhe Surip (Arief Setiawan, mantan ketum BMC) selaku pemberi sponsor kali ini.
Setelah menempuh perjalanan dari Cawang, sampai lah juga di kawasan Pasar Induk Kramat Jati dimana agen bus Pepeje Berlian Jaya ini berada. Mungkin agak susah menemukannya kalau aku tidak diberi ancer-ancer oleh dhe Surip karena disini agennya sendiri tidak mempunyai lapak tetap, hanya menggelar jualannya dengan modal meja kecil di sebuah jembatan depan Pasar Induk. Setelah bertransaksi di agen, dikonfirmasi nanti bis akan datang sekitar jam 15.30.

Oya, selain menjual tiket Pepeje Berlian Jaya, agen bus tersebut juga menjual tiket bus Pepeje Purwodadi, Damar Wulan, Sudiro Tungga Jaya. Posisi agennya sendiri bisa ditrace melalui link gogle maps di https://maps.app.goo.gl/bATeBETzr8a4LaZY7 atau bisa kontak dulu di nomor telepon 082111777037.
Bus datang sekitar setengah 4 sore. Cukup was was kali itu takut ditinggal, karena aku&Faisal tadi sempat jajan di warkop dekat Pasar Rebo dulu. Di saat kita perjalanan meninggalkan warkop, kita malah ketemu bus yang akan aku naiki sudah menuju ke arah Pasar Induk.

Setelah sempat ngetem beberapa saat, bus Pepeje Berlian Jaya pun meninggalkan agen Pasar Induk Kramat Jati jam 15.50. Bus mengambil rute arah ke Hek, dan puter balik di sekitar kantor Polsek Ciracas dan kemudian menuju arah ke Pasar Rebo dan masuk tol di Gerbang Tol Gedong. Oya, bus yang aku naiki ini menggunakan chasis mercedes benz OH 1626 yang sudah menggunakan suspensi udara. Selain itu bus ini berkapasitas cuma 28 seats disertai legrest dengan fasilitas tambahan seperti selimut bedcover, toilet, dan ada juga dispenser air panas serta mendapatkan snack. Ada hal yang cukup membuatku penasaran, karena seat yang digunakan kali ini menggunakan merk entah darimana, karena logonya menunjukkan seperti dari daerah China. Bus cuma membawa sekitar 10 penumpang saja lepas dari Pasar Induk tadi.

Bus sempat mampir keluar gerbang tol Cikopo Cikampek untuk menaikkan penumpang di agen SPBU Cikopo. Lepas Cikopo ini bus membawa sekitar 16 penumpang. Bus kembali melaju dengan cukup cepat seperti saat sebelum keluar Cikopo tadi. Tak butuh waktu lama lepas dari Cikopo tadi, jam 17.42 bus sudah sampai di rest area tol KM 102 untuk memberikan servis makan di Rumah Makan Taman Lestari. Servis makan kali ini sudah include dengan harga tiket. Suasana rumah makan cukup sepi kali itu, hanya ada bus Safari Dharma Raya&Bejeu yang menemani bus Pepeje Berlian Jaya servis makan.

Setelah selesai melakukan servis makan, bus kembali diberangkatkan melanjutkan perjalanan kembali. Bus lepas rest area tol KM 102 jam 18.13. Selanjutnya aku gunakan waktu untuk sekedar istirahat saja di bus.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam dari Pasar Induk, bus pun sampai di Terboyo, Semarang jam 21.47. Aku pun kemudian turun disini untuk melanjutkan perjalanan ke Solo dari Terboyo ini, sementara bus Pepeje Berlian Jaya melanjutkan perjalanan menuju ke Jepara.
Turun dari bus, kebetulan ada bus Sugeng Rahayu yang sedang ngetem di pertigaan Terboyo, aku pun kemudian menaikinya menuju Solo. Setelah beberapa saat ngetem, bus pun akhirnya berangkat dari Terboyo jam 22.15. Cukup lumayan penumpang kali itu yang naik bus ini, rezeki kru. Oya karena bus ini adalah bus ekonomi, ongkos bus dibayarkan saat sudah di perjalanan ke kondektur bus. Ongkos sebesar 27ribu aku bayarkan untuk perjalanan dari Semarang menuju Solo.

Senin, 1 februari 2021

Setelah perjalanan kurang lebih 2 jam dari Semarang menuju Solo, aku pun tiba di Terminal Tirtonadi, Solo pada jam 00.19 tengah malam. Selanjutnya aku pun menggunakan jasa ojek online Maxim menuju tempat tinggalku. Akhirnya, setelah semingguan kurang lebih melakukan perjalanan menuju Sumatera PP, aku pun tiba kembali di Solo dengan selamat. Alhamdulillah, impianku untuk menjelajah Bukittinggi bisa terlaksana. Terima kasih banyak untuk beberapa pihak yang sudah terlibat di perjalananku kali ini:
1. Ayah Maul&Fuadi sebagai partner perjalananku kali ini
2. Keluarga besar ayah Maul yang sudah menyediakan tempat transit untuk istirahat di Jakarta
3. Mamah Uus yang sudah membawakan bekal buat kita.
4. Ewy yang sudah memberikan dukungan moral di perjalanan kali ini, dan juga beng-bengnya sebagai bekal cemilan di perjalanan
4. Faisal Umar yang sudah rela mengantarkan kita muter-muter ke Pondok Pinang, kemudian ke Poris dan juga mengantarkanku dari Cawang ke Pasar Induk saat kepulangan menuju Solo
5. Bang Jamil, agen ANS Terminal Poris Plawad, Tangerang, yang sudah menyisihkan seat untuk kita bertiga setelah mengalami kejadian kurang mengenakkan di Pondok Pinang.
6. Bang Ujang Indra, agen Transport Express Terminal Bukit Surungan, Padang Panjang
7. Pak Heri, agen Cahaya Trans Terminal Kartasura, Sukoharjo
8. Agen Pepeje Berlian Jaya Pasar Induk (entah siapa namanya)
9. Panitia FPL BMC&dhe Surip atas hadiah BDB Tiket Pepeje Berlian Jaya
10. Traveloka yang sudah memberikan kupon gratis booking hotel di Bukittinggi
11. Dan pihak-pihak lain yang juga terlibat di perjalananku kali ini

Di bawah ini aku lampirkan juga, rincian biaya yang aku habiskan selama perjalanan Solo-Jakarta-Bukittinggi-Padang Panjang-Jakarta-Semarang-Solo. Semoga bisa jadi referensi untuk pembaca budiman yang mungkin ingin juga melakukan perjalanan ke Bukittinggi dengan menggunakan bus.

Tiket Cahaya Wisata Trans Rp 200.000
BST Koridor 1 Rp 0 (Masih gratis)
ojol Grab Jatiwarna-Rumah Ayah Jatiwaringin Rp 21.000
Tiket ANS Royal Class Rp 550.000
Makan Popmie @RM Palapa Sijunjung Rp 10.000
Jajan Batagor @Terminal Solok Rp 5.000
Gocar pool ANS-Hotel Platinum Rp 8.000 (share cost)
Hotel Platinum Rp 0 (gratisan dari Traveloka)
Nasi Goreng Surabaya deket hotel Rp 15.000
Panorama Ngarai Sianok Rp 15.000
Gocar Panorama Ngarai Sianok-Aur Kuning Rp 6.000 (share cost)
L300 Aur Kuning-Padang Panjang Rp 7.000
Tiket Transport Express Rp 360.000
Elf Padang Panjang-Jambu Air Rp 7.000
Gocar Jambu Air-Jam Gadang Rp 6.000 (share cost)
Nasi Kapau @Pasar Atas Rp 28.000
Beli Kopi Bubuk @Pasar Atas Rp 30.000
Sandal Kapuyuak Rp 35.000
Keripik Sanjai @Pasar Atas Rp 20.000
Jajan Bakso bakar @Masjid Raya Bukittinggi Rp 5.000
Mie goreng surabaya deket hotel Rp 15.000
Es Tebak deket hotel Rp 10.000
Gocar Hotel Platinum-Jambu Air Rp 6.000 (share cost)
L300 Jambu Air-Padang Panjang Rp 7.000
Kencing @Terminal Padang Panjang Rp 4.000
Jajan Pargede Jaguang @Terminal Solok Rp 3.000
Makan Nasi Padang @RM Umega Rp 18.000
Nasi Bungkus @kapal Rp 10.000
KRL ke 1 Rp 4.000 (tidak tertulis di cerita)
KRL ke 2 Rp 3.000 (tidak tertulis di cerita)
Trans Jakarta Rp 3.500 (tidak tertulis di cerita)
Jajan di warkop deket Pasar Rebo Rp 0 (dibayarin Faisal)
Tiket Pepeje Berlian Jaya Rp 0 (Hadiah liga FPL BMC)
Tiket Sugeng rahayu Rp 27.000
ojol maxim Rp 8.000
TOTAL Rp 1.446.500

-sekian, dan terima kasih-


Leave a comment

BUKITTINGGI (2)

Kamis, 28 januari 2021
Hari itu kita berniat menghabiskan waktu dengan mengexplore beberapa tempat di Bukittinggi. Panorama Ngarai Sianok, Lobang Jepang, Jam Gadang, makan Nasi Kapau di Pasar Atas menjadi agenda wajib yag harus kita eksekusi, udah jauh-jauh kesini yekan.

Hari itu kita bangun kesiangan, jam 6 baru bangun. Memang sih perjalanan 30 jam naik bis itu ada pengaruhnya juga buat kita kali itu, tidur aja pules jam 6 baru bangun. Setelah kita gantian mandi, kita tak lupa minta jatah sarapan ke pihak hotel. Katanya sarapan ada di lantai 3, kita di kamar lantai 1, oke lah jalan kaki naik tangga 3 lantai demi sarapan. Hari itu kita mendapat jatah sarapan nasi goreng, rasa okay lah, lumayan. Nasinya juga pulen, otentik banget, beda dari nasi yang biasa ditemui di Jawa. Minumnya pun tinggal milih mau teh apa kopi tinggal bikin sendiri sepuasnya. Tempat sarapan hotel platinum ini oke juga, pemandangan pagi kota Bukittinggi dengan latar belakang gunung Singgalang&Gunung Marapi sungguh memanjakan mata. Ayo kawan ke Bukittinggi, kotanya asik.

Setelah sarapan, sekitar jam 8 pagi kita pun berangkat menuju destinasi pertama yaitu ke Taman Panorama. Di dalam Taman Panorama terdapat 2 obyek yaitu Panorama Ngarai Sianok&Lobang Jepang. Dari hotel kita jalan kaki saja menuju Taman Panorama, dekat kok gak sampe 1 kilometer. Apalagi kondisi masih pagi, dan hawa kota Bukittinggi yang adem, sangat sayang kalo tidak digunakan untuk jalan kaki menikmati suasana ini.

Sampai di Taman Panorama ternyata kita diharuskan mempunyai kartu Brizzi untuk masuk ke dalam. Karena gak punya, ya sudah beli Brizzi sebesar Rp 20.000, dan juga isi ulang Rp 45.000 sebagai ongkos masuk ke Taman Panorama untuk 3 orang 🤦

Sampai di Taman Panorama kita diarahkan oleh petugas untuk menjelajah Lobang Jepang terlebih dahulu, dan beliau menawarkan jasa guide selama masuk Lobang Jepang. Jasa tersebut beliau mematok harga Rp 75.000. Kami memutuskan untuk menjelajah mandiri saja nanti dengan bantuan peta denah lobang jepang yang aku foto di depan mulut goa. Tapi sebelum masuk Lobang Jepang, kita mengexplore dulu beberapa spot di Taman Panorama. Spot Panorama Ngarai Sianok lah yang kita tuju. Menurut situs https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/panorama-ngarai-sianok-mengagumi-pahatan-sang-pencipta-di-bukittinggi/ Ngarai Sianok merupakan sebuah lembah sempit yang dikelilingi oleh bukit-bukit bertebing curam yang dihiasi dengan aliran sungai kecil di tengahnya. Kontur Lembah Sianok terbentuk karena proses turunnya sebagian lempengan bumi, sehingga menimbulkan patahan berwujud jurang yang curam. Ngarai ini membentang sejauh 15 km dari sisi selatan Nagari Koto Gadang hingga Nagari Sianok Enam Suku, dengan kedalaman tebing mencapai 100 meter dan lebar celah sekitar 200 meter. Dan Panorama Ngarai Sianok ini bisa kita nikmati dari Taman Panorama saja. Di spot ini terdapat beberapa tempat untuk berfoto-foto, ada yang berbayar,ada juga yang gratis. Kita lebih memilih untuk menikmati yang gratis saja.

Setelah puas di Panorama Ngarai Sianok, selanjutnya kita gantian untuk menjelajahi Lobang Jepang. Lobang Jepang ini dulunya digunakan oleh tentara Jepang, jaman pendudukan Jepang sebelum kemerdekaan RI.

Dari pintu masuk, kita akan menuruni tangga yang cukup banyak. Ada beberapa bagian di dalamnya, ada ruang amunisi, ruang pelarian, dapur, penjara, barak militer dan lain-lain. Semakin masuk ke dalam aku merasakan hawa yang semakin tidak enak. Jujur saja saat itu aku kurang menikmatinya, aku merinding semakin lama di dalam. Apalagi dari referensi yang aku baca sebelumnya, di salah satu bagian Lobang Jepang ini dulunya juga sebagai tempat pembantaian pekerja paksa Indonesia. Tak cuma aku yang merasakan itu, hal yang sama juga dirasakan Ayah&Fuadi. Kadang di beberapa bagian aku merasakan agak sedikit ada bau anyir. Kami segera mempercepat menjelajahi Lobang Jepang ini. Ujung pintu keluar ini berada di tepi jalan raya yang terdapat di bagian belakang taman panorama ini. Untuk kembali ke Taman Panorama, di sebelah kanan dari arah keluar Lobang Jepang, ada sebuah jalan setapak dengan anak tangga naik. Kita melewati anak tangga itu, dan ternyata lumayan sangat menguras tenaga saat melewatinya 🤣

Di sela-sela kita menikmati spot Panorama Ngarai Sianok tadi, kita sempatkan juga untuk hunting tiket bus kepulangan ke Jawa esok hari karena untuk perjalanan pulang ke Jawa kita memang belum beli tiket. Ayah&Fuadi berencana pengen naik bus Bintang Kedjora, sementara aku naik bus Transport Express Jaya dari Padang Panjang, karena bus itu start awalnya dari daerah Pariaman kemudian mampir Padang Panjang, tidak dari Bukittinggi. Setelah bertanya-tanya lewat whatsapp, ternyata bus Bintang Kedjora yang ingin Ayah&Fuadi tidak jalan tiap hari, hanya tersedia di hari Senin, Kamis, Sabtu saja dari Bukittinggi. Ayah&Fuadi pun akhirnya ikut denganku naik Transport Express Jaya untuk kepulangan esok hari.

Setelah kita menjelajah Lobang Jepang, kita memutuskan untuk ke Padang Panjang untuk beli tiket kepulangan pulang. Berhubung kita masih buta transportasi ke arah Padang Panjang, kita pun pergi ke Terminal Aur Kuning lebih dahulu naik Gocar. Saat di perjalanan menuju Aur Kuning, driver Gocar yang sempat kutanyai mengarahkanku untuk naik dari luar terminal saja, dan nanti akan diturunkan di spot tem teman angkutan menuju ke Padang Panjang. Kita pun kemudian naik angkutan L300 menuju Padang Panjang. Tarifnya murah saja, Rp 7000. Namun untuk waktu tempuhnya agak sedikit lama karena memang banyak ngetemnya. Waktu itu saat naik angkutan L300 yang kita naiki ngetem di Jambu Air, dan Pasar Padang Luar cukup lama. Sekitar sejam perjalanan kita sampai juga di Padang Panjang. Karena L300 tidak melewati Terminal Bukit Surungan, Padang Panjang, kita pun turun di pertigaan MTS Negeri Padang Panjang, dan dilanjutkan berjalan kaki sejauh 800 meter menuju Terminal. Sampai Terminal langsung saja menuju loket bus Transport Express dan membeli tiket. Tiket bus Transport Express dibandrol sebesar Rp 360.000 saja, bisa dibilang paling murah untuk tarif bus dr Sumatera Barat menuju Jakarta.

Setelah beli tiket, kita langsung balik lagi ke Bukittinggi. Kali ini kita nyegat angkutan L300 dari depan Terminal, karena rutenya lewat Terminal, berbeda saat keberangkatan tadi. Kali ini perjalanan cukup cepat karena sudah tidak banyak ngetem. Ongkos juga masih sama Rp 7000 saja. Sampai Bukittinggi, kita turun di Jambu Air saja dan kemudian dilanjut naik Gocar ke Jam Gadang.
Karena hari sudah siang, dan kita lapar, kemudian kita berlanjut berburu makan nasi kapau yang ada di los lambuang Pasar Atas yang ada di dekat Jam Gadang ini. Waktu itu kita agak sedikit muter-muter dulu, karena memang agak sulit menemukannya dikarenakan letak los lambuang yang cukup tersembunyi di bagian belakang Pasar. Sampai di los lambuang, kita menuju ke los punya Ni Lis yang cukup famous karena pernah didatengin youtuber Nex Carlos. Aku pesan lauk gulai tambusu, sementara kedua temanku memilih lauk gulai tunjang. Dalam sepiring nasi kapau yang kupesan ini terdiri dari nasi putih yang cukup khas teksturnya, berbeda dari nasi yang biasa aku makan di Jawa. Konon katanya nasinya menggunakan beras kualitas tinggi yang berasal dari Bukittinggi, Solok, Agam dan sekitarnya. Kemudian di atas nasi ditambahkan singkong goreng yang dipotong dadu, daun singkong rebus, sambal ijo, sambal merah, dan disiram dengan kuah gulai yang cenderung lebih soft dibandingkan dengan gulai masakan Padang. Taklupa juga gulai tambusu sebagai lauknya. Tambusu sendiri merupakan usus sapi yang diisi adonan campuran tahu&telur yang kemudian dimasak dengan bumbu gulai. Rasanya memang sangat berbeda sekali antara nasi kapau dan nasi padang. Untuk harga memang agak mahal, seporsi nasi kapau dengan lauk gulai tambusu dihargai sebesar Rp 28.000. Tapi tak masalah buatku, gak tiap hari juga kan makan seperti ini. Di sela-sela makan nasi kapau, tak lupa aku membeli kopi bubuk yang dijajakan oleh penjual yang berkeliling di los lambuang ini. Aku beli kopi 1/2 kilogram cukup dengan membayar Rp 30.000 saja.

Selesai makan nasi kapau, kita kemudian nongkrong sambil istirahat di Jam Gadang (lagi). Setelah semalam sempat kesini, tak salahnya juga kesini lagi di waktu yang berbeda. Memang Jam Gadang merupakan daya tarik kota ini. Siang, malam selalu ramai dengan pengunjung, apalagi siang itu cuaca tidak hujan dengan ditambah hawa kota Bukittinggi yang adem.

Setelah menikmati suasana siang di Jam Gadang, kita kemudian bergeser jalan kaki ke Taman Monumen Bung Hatta. Setelah foto-foto sebentar, lanjut lagi ke toko oleh-oleh Kapuyuak. Disini aku cuma beli sandal untuk Ewy. Sebenarnya pengen beli kaos juga, tapi gak ada yang bagus. Dari toko oleh-oleh kita balik dulu ke hotel untuk istirahat sebentar. Aku dan Fuadi masih berjalan kaki untuk kembali ke hotel, sementara ayah mengibarkan bendera putih, dia lebih memilik naik gojek karena capek katanya, lemah 🤣

Karena belum beli oleh-oleh makanan, aku pun berinisiatif balik ke Pasar Atas lagi untuk beli keripik sanjai setelah istirahat sejenak di hotel. Ayah&Fuadi gak ikut, mereka nitip beli keripik sanjai&dendeng, okay lah.

Hari sudah sore saat aku kembali ke hotel lagi setelah dari beli keripik sanjai tadi. Karena sudah sore, rencana untung mengunjungi Benteng Fort De Kock, Taman Satwa Kinantan pun kita batalkan saja. Kita pun gunakan waktu sore itu lebih untuk istirahat kembali saja.

Di malam harinya, kita kembali lagi makan di tempat makan Nasi Goreng Surabaya kemarin. Tapi kali ini makan mie gorengnya, dan porsinya tentu saja sama banyaknya saat makan nasi goreng kemarin. Harganya pun juga sama, Rp 15.000. Murah, banyak, enak, rekomen. Setelah makan kita masih berlanjut memanjakan perut lagi. Kali ini aku beli Es Tebak, Es Campur Khas Bukittinggi, sementara Ayah&Fuadi beli Teh Talua&Sate Padang. Es Tebak ini berisikan serutan es batu yang ditambahkan sirup merah&susu kental manis. Isian lainnya yaitu ada agar-agar, cincau, kolang kaling, tape singkong, kelapa muda dan juga “tebak” itu sendiri. Tebak dalam isian Es Tebak ini merupakan olahan dari tepung beras ketan yang dicampur dengan tepung sagu dan dimasak dengan air garam dan kapur sirih. Setelah matang, adonan tersebut dicetak tipis seperti cendol. Teksturnya mirip-mirip dengan gempol yang ada di Es Gempol Pleret di Solo. Segelas Es Tebak ini cuma dihargai Rp 10.000, cukup murah.

Kenyang makan, kita lanjut nongkrong lagi di Jam Gadang di malam terakhir kita sebelum balik ke Jawa esok hari. Kali ini di Jam Gadang lebih ramai dari malam sebelumnya karena tidak hujan seperti di malam sebelumnya.

Puas kita nongkrong, kita pun kemudian balik ke hotel untuk dilanjutkan tidur sebelum esok hari kita pulang ke Jawa kembali.


1 Comment

BUKITTINGGI (1)

Kali ini aku mau menceritakan pengalamanku traveling ke Bukittinggi. Mohon maaf kalau akan sangat panjang ceritanya, ya karena memang panjang, panjang jaraknya, panjang waktunya juga. Okay, sudah lama aku punya keinginan untuk ke Bukittinggi, dan akhirnya baru tercapai keinginan itu di bulan januari yang lalu. Sebenarnya aku agak memaksakan diri untuk pergi kali ini. Kondisi wabah covid-19 yang tak kunjung berakhir, serta cuaca yang sedang tidak bersahabat agak sedikit mengganggu di pikiran. Tapi kalau tidak saat ini kapan lagi, mumpung kondisi kerjaanku yang masih selow juga. Dan juga menjaga protokol kesehatan selama perjalanan. Perjalanan ke Bukittinggi ini aku tempuh melalui perjalanan darat dengan bus dan diselingi kapal saat menyebrang ke Pulau Sumatera dari Pulau Jawa begitu juga sebaliknya. Untuk waktunya sendiri kurang lebih aku menghabiskan waktu selama kurang lebih 7 hari untuk perjalanan ini.

Sebenarnya aku berencana berangkat sendiri. Tapi temanku, Maulana Yusuf, juragan Tauge&Kacang Ijo dari Jatiwaringin Bekasi, sebut saja Ayah, yang mengetahui rencanaku akhirnya ingin ikut denganku juga menuju Bukittinggi, penasaran katanya. Kita berdua pun mencari waktu yang pas untuk eksekusi, dan didapat lah tanggal 26 januari 2021 kita berangkat bersama-sama dari Jakarta. Jauh-jauh hari aku pun membooking tiket bus ANS dari Pondok Pinang ke Bukittinggi, dan dapat nomer seat 1&2.

Bookingan Tiket dari agen Pondok Pinang

ANS ini merupakan bus yang lagi naik daun di jurusan Bandung-Jabodetabek menuju Sumatera Barat khususnya daerah Solok, Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh, Pariaman, Lubuk Alung, Lubuk Basung dan sekitarnya. Ada 2 tipe pelayanan bus yang ditawarkan oleh ANS, yaitu kelas eksekutif biasa 36 seats, dan royal eksekutif 30 seats yang disertai legrest. Kita berdua pun lebih memilih untuk naik kelas royal eksekutif ini. Armada baru, chasis bus mercedes benz OH 1626 dengan dilengkapi air suspension, serta seats yang dilengkapi legrest sangat sayang untuk dilewatkan. Harga tiket 550ribu per orang rela kita bayar untuk mendapatkan kenyamanan itu. 2 hari sebelum keberangkatan, Ayah ngabarin, adiknya dia, Fuadi, ingin ikut juga. Akhirnya booking tiket lagi ke agen ANS Pondok Pinang, dan didapat bangku belakang nomer 30.

Tiket fisik yang sudah dipesan dari agen Pondok Pinang

Untuk kelas eksekutif biasa 36 seats dibandrol dengan harga tiket sebesar 450 per orang. Bedanya di armada ini tidak dilengkapi dengan legrest di seatsnya. Serta mayoritas armada di kelas ini menggunakan chasis mercedes benz OH 1526 leaf spring suspension yang tentu belum senyaman dibanding naik kelas royal eksekutif.

Senin, 25 januari 2021
Perjalananku menuju tanah Sumatera dimulai dari tempat domisiliku di Solo. Untuk keberangkatan kali ini aku baru pesan tiket di hari H dan sengaja memilih keberangkatan jam sore karena melihat selah waktu longgarku juga di hari itu. Siang hari di sela sela aktifitasku hari itu, aku menyempatkan ke Terminal Kartasura untuk beli tiket dulu, dan bus Cahaya Trans yang aku pilih. Tak banyak pertimbangan untuk memilih bus ini, selain karena belum pernah menaikinya, layanan eksekutif dengan seats berlegrest, serta perkiraan jam tiba di yang cukup bersahabat untuk lanjut istirahat dulu jadi pertimbanganku untuk menaikinya. Tiket seharga Rp 200.000 aku bayarkan untuk mendapatkan pelayanan tersebut.

Jelang keberangkatan cuaca cukup mendung kala itu, dan kuputuskan untuk segera berangkat saja dari tempat tinggalku. Dan benar saja, ketika sampai di Halte Batik Solo Trans depan PMI seketika hujan turun membasahi bumi. Untung saja sudah sampai di halte, aman dari terpaan air hujan untuk nyegat bus Batik Solo Trans yang akan mengantarkanku menuju Terminal Kartasura. Batik Solo Trans koridor 1 Palur-Bandara Adi Soemarmo lah yang akhirnya aku naiki saat itu. Gak ada yang special dengan perjalanan bus Batik Solo Trans ini, karena sehari-harinya aku juga kadang menggunakan jasa angkutan umum ini untuk keperluanku. Batik Solo Trans koridor 1 ini kemudian menyusuri jalan mulai dari halte PMI tempat aku naik kemudian jalan Urip Sumoharjo, Pasar Gede, Gladak, Jalan Slamet Riyadi, Sriwedari, Gendengan, Kota Barat, Manahan, RS Panti Waluyo, Solo Square, Pabelan, Gembongan dan sampai di tujuanku Terminal Kartasura.

Batik Solo Trans koridor 1

Setelah sampai, segera saja aku menuju ke agen untuk lapor ke pak Heri selaku pemilik agen Cahaya Trans. Selain menjual tiket Cahaya Trans, beliau juga menjual tiket bus Garuda Mas. Bagi yang ingin naik bis tersebut dari Terminal Kartasura, bisa menghubungi pak Heri lewat telepon, atau chat whatsapp di nomer 085879923818. Oiya, kali ini aku mendapat bingkisan kalender Cahaya Trans dari pak Heri, lumayan lah.

Tiket bus Cahaya Trans+kalender

Jam 15.49, armada Cahaya Trans yang kunaiki berangkat meninggalkan Terminal Kartasura. Kali ini aku mendapatkan armada dengan bodi Avante H8 buatan karoseri Tentrem dengan chasis hino R235. Bus ini berfasilitas AC dengan jumlah 32 seats berlegrest disertai bantal dan selimut. Bus ini juga disediakan toilet yang digunakan untuk buang air kecil saat bus berjalan. Tak lama setelah bus berangkat, aku mendapatkan sebungkus snack yg berisi air mineral botol kecil, roti, wafer, dan permen. Lumayan lah.

Bus Cahaya Trans tiba di Terminal Kartasura

Snack bus Cahaya Trans

View saat bus Cahaya keluar Tol Salatiga

Bus langsung masuk tol Trans Jawa melalui gerbang Tol Colomadu jam 15.57. Hujan sempat beberapa kali menghiasi perjalananku tak lama setelah masuk tol. Tak ada yang spesial, di tol bus melaju cepat tapi tidak terlalu kencang, perjalanan terasa menjemukan, tak ada lagi pemandangan seperti jaman dulu, bermacet-macet ria di ruas jalan nasional Boyolali-Salatiga di sore hari. Memang paling cocok untuk beristirahat saja. Bus sempat keluar tol di Gerbang Tol Salatiga untuk menaikkan penumpang di Terminal Tingkir, Salatiga.

Jam 17.44 bus keluar tol di Gerbang Tol Weleri menuju ke rumah makan Sari Rasa, Jenarsari, Kendal untuk melakukan servis makan kepada penumpangnya.

Tiba di Rumah Makan Sari Rasa

Servis makan bus Cahaya Trans

Jam 18.35 bus diberangkatkan kembali dari rumah makan Sari Rasa setelah melakukan servis makan kepada penumpang. Selepas Gerbang Tol Weleri, masih sama, laju bis cenderung cepat tapi tidak terlalu kencang. Rasa juga biasa saja, tidak ada yang menarik perhatian selama bus melaju kendaraan di ruas Tol Trans Jawa. Ya sudah lah, tarik selimut, memang cocoknya untuk tidur.

Setelah sempat menurunkan penumpang di Klari, Karawang Timur, dan juga Bekasi Timur, akhirnya aku pun turun di tujuanku di Jatiwarna, Bekasi jam 00.04 (h+1). Selanjutnya aku pun menuju ke rumah ayah Maulana untuk transit istirahat sampai pagi nanti dan kemudian lanjut menuju Sumatera.

Selasa, 26 Januari 2021
Pagi jam 8, panggilan telpon dari agen ANS Pondok Pinang masuk membuatku mules. Kita disuruh untuk segera kumpul di Pondok Pinang karena katanya bis masuk jam 9. Kala itu aku, ayah, Fuadi dan juga ditemani Faisal sedang berada di Penjaringan, Jakarta Utara karena ayah mau nagih dulu ke rekanan usahanya. Oiya, Faisal ini membantu kami dengan mengantarkan sampai terminal dari Jatiwaringin, dan mampir Penjaringan. Makasih y sal, sayang kowe gak ikut y. Setelah kebut di tol, akhirnya jam 9 lebih 15 menit kami sampai di Terminal bayangan Pondok Pinang. Ada yang mengganjal di pikiranku saat sampai di Pondok Pinang ini. Aku dan ayah pun ke loket dulu untuk laporan, sementara Fuadi, Faisal, dan barang-barang bawaan biar di mobil dulu. Sampai loket pun kejadian yang kita tidak inginkan pun terjadi. Sang agen memberi tahu kami kalau katanya bus ANS hari itu tidak jalan. Kami berdua pun tak lantas serta merta begitu percaya saja. Agen menawarkan kepada kami untuk dioperkan ke bus MPM atau uang kembali 100%. Kami berdua pun kembali ke mobil dulu untuk berdiskusi sejenak, membicarakan plan selanjutnya. Kita sempat cari info di facebook juga, ternyata bus ANS hari itu jalan, tapi tidak masuk ke Terminal Bayangan Pondok Pinang. Kami mencium ada permasalahan yang terjadi.

Setelah berdiskusi, kita putuskan mencoba menghubungi agen bus ANS di Terminal Poris Plawad, Tangerang, mencoba mengais sisa-sisa kursi dari kekusutan permasalahan di Pondok Pinang ini. Kita tetap mencoba berangkat untuk tetap naik ANS bagaimanapun caranya. Kita cukup yakin masih ada tiket yang bisa dapat. Kalau gagal, ya sudahlah. Jawaban telpon agen ANS Terminal Poris pun cukup melegakan kami. Masih ada sisa kursi katanya, tapi kita disuruh segera datang langsung saja kesana. Okay lah kita cus ke Poris. Sebelum berangkat ke Poris, kita ke loket dulu untuk meminta uang tiket yang sudah kita bayarkan sebelumnya, Alhamdulillah kembali 100% utuh. Tak lupa juga pamitan ke Ewy yang menyempatkan diri nyamperin aku ke Pondok Pinang ini di sela-sela kerjaannya. Maaf y, ketemu cuma 10 menitan, kondisi darurat, makasih udah nyamperin 🙏

Sampai Terminal Poris Plawad sekitar jam setengah 11 siang, aku dan ayah langsung menuju ke loket agen bus ANS untuk menebus tiket. Sementara Fuadi&Faisal menunggu dulu di mobil. Dan Alhamdulillah kita masih kebagian 3 seats tersisa di nomer seat 10, 11, 12 untuk armada royal eksekutif. Tak dapet seat terdepan tak masalah, malah kita jadinya duduk sebaris bertiga. Mungkin memang sudah jalannya seperti ini.

Tiket bus ANS dari Terminal Poris Plawad

Daftar bus ANS yang jalan di hari itu dari Bandung&Jabodetabek

Terima kasih banyak untuk bang Jamil selaku agen bus ANS Terminal Poris Plawad yang sudah membantu kita kali ini. Tak terbayang kalau akhirnya kita jadi gagal ke Bukittinggi gara-gara kekusutan ini. Yang ingin bepergian ke Sumatera Barat khususnya daerah Solok, Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh, Pariaman, Lubuk Alung, Lubuk Basung dan sekitarnya dari Terminal Poris Plawad, Tangerang, bisa mencoba untuk naik bus ANS ini. Tiket bisa dibeli melalui bang Jamil selaku agen bus ANS Terminal Poris Plawad, atau bisa menghubunginya terlebih dahulu di nomer telpon 081298495290.

Kurang lebih jam 12 siang, bus yang akan kita naiki pun datang di Terminal Poris Plawad. Bus dengan rakitan karoseri Morodadi Prima dengan nama bodi Patriot ini parkir dengan gagahnya. Bus yang akan kita naiki ini terlihat masih sangat kinclong di bodinya, masih lumayan baru karena baru beroperasi sekitar sebulan. Kali ini kita akan naik bus ANS berplat BA 7126 QU dengan nama tenarnya Neo Netral. Karena barang bawaan kita cukup banyak, tas-tas yang kita bawa pun kita taruh di bagasi bawah. Kalau di taruh di dalam kabin penumpang takutnya malah bikin ruang sesak. Untuk penumpang yang naik dari Terminal Poris Plawad, kita akan mendapatkan label yang akan dipasang ke barang bawaan yang akan kita taruh di bagasi bawah, sehingga meminimalisir barang kita tertukar atau terbawa oleh penumpang lain. Nilai plus menurutku. Setelah kita naruh barang di bagasi kita pun naik ke dalam bus. Sekat antara kabin kemudi dan kabin penumpang menjadi penyambut kami saat masuk ke dalam kabin penumpang. Wah berpotensi bikin kedinginan ini saat malam hari, karena dari pengalaman yang sudah-sudah, naik bus bersekat cenderung akan sangat dingin suhu ruangnya saat malam hari. Kekhawatiranku sedikit berkurang saat melihat di seats yang akan aku duduki tersedia selimut dan bantal, ya lumayan lah. Selain selimut&bantal yang menjadi nilai plus, seats yang aku duduki ini juga sangat menjadi nilai plus karena ukurannya yang jumbo ini. Seats jumbo buatan hai rimba kencana ini tentu juga disertai legrest sebagai penambah kenyamanan mengingat kita memilih untuk naik ANS kelas royal eksekutif karena seatnya yang berlegrest.

Bus ANS “Neo Netral” BA 7126 QU tiba di Terminal Poris Plawad

Seat bus ANS+Legrest+Bantal+Selimut

View dari dalam bus ANS, terlihat ada sekat pembatas antara ruang kemudi&ruang penumpang

Selfi bareng Faisal yang sudah rela mengantar ke Terminal Poris Plawad, semoga suatu saat bisa menyusul juga sal

Jam 12.16 bus kita diberangkatkan dari Terminal Poris Plawad, Tangerang menuju tanah Sumatera Barat. Tak lupa juga pamitan ke Faisal yang sudah rela mengantar keberangkatan kami, terima kasih sal, semoga suatu saat bisa ke Bukittinggi juga kowe. Oiya, hari itu bus yang kita naiki full seats. Emang penumpang Sumatera Barat ini gak ada obatnya, jarang sepi penumpang yang naik bis di jalur Jabodetabek Bandung menuju Sumatera Barat atau sebaliknya. Tak lama bus melaju kemudian kita mendapatkan sekotak snack yang dibagikan oleh kru bus. Sepotong roti sus ukuran lumayan gede, sepotong risoles yang cukup tebal, dan air mineral gelas lumayan lah untuk mengganjal perut sampai pemberhentian makan berikutnya.

Snack bus ANS

Bus pun kemudian masuk tol Jakarta-Merak melalui Gerbang Tol Cikokol. Bus dikemudikan dengan laju yang cukup banter tapi tetap aman. Di sela-sela perjalanan ini kita sempat berpapasan dengan pasukan-pasukan bus dari Sumatera Barat menuju ke arah Jabodetabek seperti ANS, Bintang Kedjora, NPM, Transport Express, MPM. Gasik juga pikirku, siang hari sudah menapakkan rodanya di tanah Jawa. Sekitar sejaman perjalanan akhirnya kita sampai gerbang Tol Merak jam 13.37. Bus kemudian berbelok melalui jalur lama mengarah ke pelabuhan. Sempat pula berhenti sebentar di agen ANS Merak untuk menaikkan seorang penumpang. Jam 13.47 bus pun akhirnya sampai di dermaga ekskutif pelabuhan penyebarangan. Salah satu keunggulan kita menaiki bus ANS ini adalah bus ini menggunakan kapal eksekutif untuk penyebrangannya, yang tentu saja memiliki keunggulan lebih seperti waktu tempuh yang lebih cepat, dan juga lebih nyaman dibanding dengan menggunakan kapal penyebrangan kelas biasa. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, bus pun masuk kapal jam 14.07.

Jam 14.50 setelah proses muat kendaraan dan penumpang, kapal yang bernama KMP Sebuku ini pun angkat jangkar menuju ke Pelabuhan Bakauheni. Gelombang laut yang lumayan tinggi cukup bikin aku jiper kala itu, karena aku memang agak takut dengan situasi seperti di tahun 2017 aku merasakan hal yang sama saat menyebrang Selat Bali dengan kapal penyebrangan. Tapi ya Bismillah, biar senantiasa dilindungi-Nya. Di kapal, semua penumpang bus wajib turun dari bus dan diarahkan untuk duduk di kabin penumpang kapal. Di kapal kita makan siang agak kesorean. Kali ini kita makan bekel yang dibawain oleh mamah Uus, istrinya ayah. Nasi, mie goreng, dan ayam goreng menjadi sajian makan siang kala itu. Terima kasih mamah Uus atas bekalnya. Setelah makan selesai, kita pun beristirahat sekedar duduk-duduk saja agar badan tetap fit. Kita di kapal sempat mengexplore beberapa bagian tempat. Sepertinya KMP Sebuku yang aku naiki kali ini sama seperti KMP Sebuku yang pernah aku naiki saat menyebrang Selat Sunda tahun 2017 silam. Kita juga mencoba untuk masuk di bagian kapal agak depan, dan ternyata arus gelombang cukup terasa saat duduk di depan.

Meninggalkan Pulau Jawa

Semakin dekat dengan Pulau Sumatera

Jam 16.20 kapal pun akhirnya bersandar di dermaga pelabuhan Bakauheni. Selamat datang di Pulau Sumatera.

Memasuki Gerbang Tol Bakauheni Selatan

Bus pun melaju keluar kapal yang kemudian berlanjut keluar pelabuhan menuju jalur Tol Trans Sumatera. Selepas Gerbang Tol Bakauheni Selatan aku sempat tertidur. Lumayan lama tertidur, aku pun bangun saat bus menjelang keluar tol. Tak lama kemudian bus pun keluar di Gerbang Tol Gunung Sugih untuk menuju Rumah Makan Gadang Jaya 3 di daerah Bandar Jaya untuk peristirahatan berikutnya.

Jam 17.49 akhirnya bus sampai juga di Rumah Makan Gadang Jaya 3, terlihata beberapa bus ANS sudah tiba di rumah makan sebelumnya. Posisi rumah makan sendiri tak jauh dari Gerbang Tol Gunung Sugih, sehingga tidak memakan waktu banyak untuk proses keluar masuk tolnya. Di rumah makan ini aku makan makanan bekel dari mamah Uus yang masih tersisa, sementara ayah beli makan seporsi nasi padang dengan lauk ayam goreng untuk tambahan.

Tiba di Rumah Makan Gadang Jaya 3

Jam 18.34 bus diberangkatkan kembali dari Rumah Makan Gadang Jaya 3. Bus kemudian diarahkan masuk tol di Gerbang Tol Gunung Sugih lagi. Hujan deras mewarnai perjalanan kita kali ini selepas masuk tol di Gunung Sugih. Kali ini aku tetap terjaga, tidak tidur. Sementara ayah&adiknya memutuskan untuk tidur. Tidak ada pemandangan yang menarik selama perjalanan di tol ini, yang ada hanyalah gelap sejauh mata memandang wkwkwk.

Jam 21.37 bus mengakhiri perjalanan tol di Gerbang Tol Kramasan daerah Palembang, karena jalan Tol Trans Sumatera baru mentok sampai sini saja. Bus dibawa melaju menuju ke arah jalan lintas timur Sumatera melalui jalan By Pass Soekarno Hatta, Palembang. Saat melintasi jalan By Pass, kita akan melewati jembatan Musi II yang membentang di atas sungai Musi yang cukup terkenal ini. Bus juga sempat beberapa kali berhenti untuk masuk SPBU keperluan isi solar. Namun karena antrian yang panjang, bus pun tak jadi untuk antri isi solar. Sampai daerah Alang-Alang Lebar, Palembang, melihat sebuah SPBU yang tak banyak antrian isi solar, bus pun kemudian memutuskan untuk isi solar di SPBU tersebut. Mungkin bagi yang belum paham, di daerah Sumatera sendiri sering sekali terjadi kelangkaan solar di beberapa tempat. Sehingga saat ada SPBU yang tersedia solar, pasti akan terjadi antrian panjang kendaraan untuk isi solar. Selepas bus isi solar tak lama kemudian aku memutuskan untuk tidur saja, karena sudah ngantuk berat saat itu.

Rabu, 27 Januari 2021
Jam 02.55 aku terbangun dari tidur saat bus memasuki area parkiran Rumah Makan Simpang Raya, Bayung Lencir, Musi Banyuasin. Kali ini aku tidak makan, karena sangat malas jam-jam segini untuk makan. Sementara Ayah&Fuadi memilih untuk makan pop mie. Suasana rumah makan sangat ramai dengan bus-bus Sumatera Barat yang singgah kali itu. Tak cuma ANS saja, ada pula bus MPM, NPM yang singgah di rumah makan kala itu.

Tiba di Rumah Makan Simpang Raya

Jam 03.35 bus diberangkatkan kembali dari rumah makan. Tak jauh dari rumah makan, kira-kira sekitar 20 menit perjalanan, bus sampai daerah Tempino, Jambi. Disini bus berbelok menuju arah lintas tengah Sumatera via Muara Bulian, Muara Tembesi, Muara Tebo dan nantinya akan bertemu dengan jalur lintas tengah Sumatera di Muara Bungo. Selepas Tempino ini akan ditemui banyak jalan rusak yang cukup menghambat perjalanan. Selepas Tempino ini, aku memutuskan untuk tidur kembali. Oiya, bus ini juga sempat berhenti untuk memberikan kesempatan sholat Subuh bagi penumpangnya di Mushola As-Saidin daerah Muara Bulian. Luar biasa memang pelayanan bus ANS ini.

Sekitar jam 7 pagi aku bangun dari tidurku, entah sampai daerah mana kala itu. Pemandangan hutan dengan jalan berkelak-kelok menjadi santapan pagi setelah bangun dari tidurku. Bus melaju hingga kemudian melintasi sungai Batanghari, Muara Tebo, dan kemudian bertemu jalur lintas tengah di Muara Bungo. Bus juga mampir masuk terminal Kota Lintas, Muara Bungo jam 9 pagi. Bus hanya sekedar lewat saja di terminal. Selepas Muara Bungo, bus kita juga masuk SPBU di daerah Rantauikil untuk isi solar. SPBU ini sendiri konon kabarnya masih milik dari bus ANS ini.

Jam setengah 12 siang, setelah menempuh perjalanan melewati daerah Muara Bungo, Sungai Rumbai, Gunung Mesan Sungai Daerah, Pulau Punjung, bus ANS yang kita naiki pun sampai di pemberhentian berikutnya di Rumah Makan Palapa, Sijunjung yang sudah masuk wilayah provinsi Sumatera Barat. Disini sebenarnya aku ingin makan berat. Tapi karena kondisi perut yang takut mules, sementara pemberhentian berikutnya yaitu di Solok masih sangat jauh, akhirnya aku memutuskan untuk makan popmie yang kubeli dari rumah makan sebesar 10 ribu rupiah saja. Kutambahkan juga ke dalam popmie, sisa-sisa ayam goreng dari bekel kemarin yang masih enak untuk dimakan. Ayah dan Fuadi lebih memilih untuk makan bakso di warung samping rumah makan.

Tiba di Rumah Makan Palapa

Suasana di Rumah Makan Palapa

Jam setengah 1 siang, bus diberangkatkan kembali dari rumah makan. Sudah semakin dekat dengan tujuan akhir. Jalan rusak cukup banyak ditemui di lintas tengah Sumatera Barat. Lumayan menghambat perjalanan kita kali ini. Selepas rumah makan Palapa, Sijunjung, bus pun kemudian melewati daerah Kiliran Jao, Muaro Kalaban, Silungkang dan kemudian Solok.

Bus sampai di Terminal Bareh, Solok jam 3 sore. Di Terminal Bareh, Solok ini lah terjadi proses transit ke bus yang akan membawa kita ke tujuan akhir. Bus pemberangkatan dari Jawa yang berangkat bareng-bareng kemarin, nanti akan diplot masing-masing ada yang tujuan Padang, ada yg tujuan akhir Bukittinggi, Batusangkar-Payakumbuh, dan ada juga yang ke Pariaman-Lubuk Basung. Proses transit ini dilakukan untuk lebih mengefektifkan waktu tempuh. Jika 1 bus harus mengcover semua tujuan akhir di daerah Sumatera Barat tentunya malah akan sangat tidak efektif. Namun ya minusnya adalah kita mesti transit pindah bus, jikalau bus yang kita naiki sebelumnya ternyata diplot bukan tujuan akhir kita. Karena semua bus belum datang kala itu, maka proses transit belum bisa dilakukan saat itu juga, harus menunggu semua bus sudah kumpul dulu. Karena bus belum datang semua, ya aku gunakan waktu luang untuk keluar bus sekedar jajan batagor. Setelah semua bus berkumpul, ternyata bus yang aku naiki sebelumnya diplot untuk tujuan akhir Padang, dan untuk tujuan Bukittinggi diharuskan pindah bus. Kita diarahkan untuk pindah ke bus ANS yang masih sama kelas royal eksekutif, dengan nomer plat BA 7129 QU dengan nama tenar, Tanabe. Nomer kursi pun juga tidak sama dengan yang kita dapat sebelumnya, sedapatnya. Tak apalah.

Semua bus ANS sedang menunggu proses transit di Terminal Bareh, Solok

Muka-muka lelah

Bus ANS yang kunaiki selanjutnya berangkat dari Terminal Bareh, Solok pada pukul 4 sore setelah proses transit selesai. Dari Solok, bus pun diarahkan menuju ke arah Padang Panjang, selanjutnya Bukittinggi via pinggir Danau Singkarak. Selepas Solok, aku pun maju ke depan untuk duduk di kabin kemudi depan, tentu saja karena ingin melihat pemandangan Danau Singkarak yang merupakan danau terbesar di wilayah Sumatera Barat. Selepas daerah Sumani pemandangan Danau Singkarak mulai terlihat dari kejauhan. Sesampainya di Danau Singkarak, aku takjub dengan pemandangannya. Pemandangan danau dan juga pegunungan sebagai latar belakangnya sangat-sangat menyegarkan mata.

Danau Singkarak 😍

😍

Dashboard kemudi bus ANS Royal Eksekutif

Selepas Pasar Ombilin, pemandangan Danau Singkarak pun berganti menjadi pegunungan di kanan kiri jalan. Terlihat juga pemandangan Gunung Marapi, dan Gunung Singgalangdi kejauhan. Jalan pun mulai menanjak. Udara luar yang masuk melalui jendela pintu yang terbuka pun mulai terasa dingin. Tak salah memang aku menjadikan Sumatera Barat menjadi tujuanku untuk berpiknik.

View selepas daerah Ombilin

Bus ANS kami kemudian sampai di Terminal Bukit Surungan, Padang Panjang jam setengah 6 sore. Bus hanya melintas saja di dalam terminal karena tidak ada penumpang yang turun disini. Selepas Padang Panjang, jalan kembali semakin menanjak, udara juga semakin dingin, Bukittinggi semakin dekat.

Akhirnya, setelah perjalanan yang cukup lama selepas Padang Panjang karena arus lalu lintas yang padat, jam 18.13 bus ANS yang kami naiki sampai lah di Pool Bus ANS Bukittinggi, yang berlokasi di jalan Kapas Panji sebelum masuk kota.

Bus ANS “Tanabe” BA 7129 QU tiba di Pool ANS Bukittinggi

Lega rasanya akhirnya bisa menginjakkan kaki disini. Tak lama kami disini, kami kemudian memutuskan segera menuju hotel Platinum Low Budjet. Sebelumnya aku sudah memesan 1 kamar untuk digunakan bertiga nantinya. Kendaraan online Gocar pun menjadi pengantar kami menuju ke hotel yang sangat dekat lokasinya dengan Benteng Fort De Kock, Jembatan Limpapeh, dan tentunya cukup dekat juga dengan Jam Gadang. Murah saja, 24ribu saja ongkos naik Gocar dari Pool ANS menuju hotel.

Sampai hotel, aku pun menyelesaikan urusan administrasi. Oiya, kita menginap disini selama 2 malam. Ya cukup lah untuk istirahat&mengexplore Bukittinggi. Dikarenakan kamar yang aku pesan sebelumnya hanya untuk kapasitas 2 orang, oleh pihak hotel diharuskan untuk membayar tambahan 1 orang sebesar 100ribu untuk 2 malam. Kamar yang aku pesan ini lumayan lah. Tersedia kamar mandi dalam yang bisa untuk mandi air hangat. Tersedia pula televisi sebagai pemanis ruangan. Selain itu kita juga akan mendapatkan sarapan pagi, lumayan lah ngirit makan di pagi hari. Ada satu hal yang unik, hotel disini sepertinya rata-rata tidak memakai AC seperti halnya kamarku. Memang sih, tanpa AC pun kamar sudah terasa dingin.

Bookingan Hotel Platinum lewat Traveloka

Tarif Hotel Platinum

Alamat+Kontak Hotel Platinum

Malam harinya setelah mandi kita bertiga pun mencari makan di sekitaran hotel dengan berjalan kaki. Dari referensi yang aku tau, di sekitaran hotel ini kalau malam memang banyak kuliner kaki lima. Dan benar saja, banyak kuliner kaki lima tersebar di sekitaran Jembatan Limpapeh. Setelah sempat berfoto sebentar, akhirnya kami pun menuju ke warung kaki lima yang jualan nasi goreng&bakmi Surabaya. Lokasinya sangat dekat dengan Jembatan Limpapeh. Duh jauh-jauh ke Bukittinggi kok ya makan makanan yang ada di Jawa wkwkwk. Kita kompak memesan nasi goreng saja. Nasi goreng yang kami pesan ini sangat rekomen untuk ukuran warung kaki lima. Porsinya banyak, rasa juga enak, dan tentunya harganya yang sangat terjangkau cuma 15 ribu saja. Selain itu, air mineral gelas yang kami ambil pun juga gratis.

Selfi dulu dengan latar belakang Jembatan Limpapeh

Nasi Goreng Surabaya porsi sangat mengenyangkan

Jembatan Limpapeh

Makan sudah, kami pun segera menuju Jam Gadang biar tidak kemalaman. Jarak dari warung makan tadi sampai Jam Gadang cukup dekat dan kita tempuh dengan berjalan kaki saja. Akhirnya setelah 10 menitan, sampai juga kita di Jam Gadang yang sangat ikonik di Bukittinggi ini. Impian lama untuk bisa sampai sini pun tercapai juga, syukur Alhamdulillah. Malam itu di kawasan jam Gadang tidak terlalu ramai pengunjung karena waktu itu cuaca juga agak gerimis. Tak lupa juga setelah itu kita pun foto-foto disini. Impian untuk bisa berfoto di Jam Gadang pun terlaksana sudah walaupun di malam hari. Besoknya kita akan kesini lagi tentunya untuk berfoto dengan pemandangan siang harinya. Setelah puas berfoto kita pun segera pulang menuju hotel untuk istirahat karena besok kita akan mengexplore sebagian kecil yang ada di Bukittinggi ini.

Jam Gadang di malam hari

Akhirnya tercapai juga foto di Jam Gadang walau di malam hari


Leave a comment

Taman Sungai Mudal

“Til, besok ke Taman Sungai Mudal nyok, nganterin ponakan pengen renang, dari kemarin pengen renang mulu. Besok longgar kagak?” Kala itu, di hari libur panjang bulan oktober akhir, datang sebuah ajakan dari temanku, sebut saja Copet. Kebetulan dia lagi liburan ke Purworejo ikut Omnya kala itu.
“Hayu aja pet, longgar mumpung pere juga,” balasku.
Taman Sungai Mudal ini berada di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Taman Sungai Mudal sendiri berupa aliran sungai yang dibendung&dibuatkan kolam untuk berenang, dan juga ditata sedemikian rupa, sehingga sekarang menjadi salah satu obyek wisata andalan di Kulon Progo.

Hari sabtu siang itu kami berangkat bersama menuju Taman Sungai Mudal dari tempat meeting point dengan dia&ponakannya, Alun-Alun Purworejo. Sebenarnya siang itu sudah mendung, tapi ya gas aja lah. Nekat aja, walau akhirnya di perjalanan kami sempat berteduh dulu dikarenakan hujan. Dari Alun-Alun Purworejo kami melewati rute menuju ke Kaligesing kemudian Sidandang-Kalikotak-Gogoluas-Kiskendo dan sampai di Taman Sungai Mudal. Untuk pembaca yang akan menuju ke Sungai Mudal dari arah Jogja, bisa mengambil rute arah menuju ke Godean, Ngijon, Perempatan Nanggulan, Pasar Jonggrangan, Goa Kiskendo, dan sampai di Taman Sungai Mudal.Untuk masuk ke dalam area wisata ini, tiap pengunjung diharuskan membayar retribusi sebesar Rp 10000, dan parkir motor Rp 2000.

Saat masuk ke dalam, oleh petugas kami diwajibkan untuk mencuci tangan dan cek suhu tubuh terlebih dahulu. Sebuah tindakan yang bagus dari pengelola Taman Sungai Mudal ini dalam menegakkan protokol kesehatan di masa pandemi Covid 19.

Di dalam area Taman Sungai Mudal ini terdapat 2 kolam besar yang bisa digunakan untuk berenang. Yang satu ada di bawah, dekat pintu masuk, dan satu lagi ada di atas. Kami lebih memilih untuk menuju ke atas, sembari mengexplore area Taman Sungai Mudal ini. Untuk menuju kolam atas, kita diharuskan mendaki lewat jalan setapak berundak yang sudah dibangun oleh pengelola di pinggiran sungai. Harap untuk hati-hati karena jalan setapak ini berada di pinggir sungai, dan juga licin. Di area kolam atas ini keponakannya copet pun berenang, sementara aku dan copet nongkrong saja. Pengelola pun juga menyewakan pelampung bagi yang ingin berenang menggunakan pelampung, kalau tidak salah dikenai tarif Rp 10000 saja.

Taman Sungai Mudal ini menurutku bagus dalam segala pelayanan yang diberikannya. Fasilitas pendukungnya pun cukup oke. Area parkiran yang cukup luas untuk mobil dan motor, mushola, kamar mandi yang banyak, warung yang cukup banyak, dan juga yang penting, banyak petugas stand by di titik-titik tertentu dengan selalu membawa handy talky. Tak salah memang kalau Taman Sungai Mudal ini semakin ramai, dan menjadi obyek wisata baru andalan di Kulon Progo.

Hari semakin sore, acara berenang keponakannya copet sudah selesai, makan camilan, ngeteh anget sudah dan kita pun pulang. Kala itu kita pulang muter-muter dulu lewat Kokap, Glagah, Bandara NYIA.


Leave a comment

Kebun Teh Nglinggo

Kulon Progo sebagai Kabupaten tetangga dari Kabupaten asalku, Purworejo, masih menjadi magnet untukku berkunjung mengunjungi beberapa tempat wisatanya. Selain akses yang cukup terjangkau dari Purworejo, Kulon Progo juga menawarkan tempat wisata yang bagus. Libur akhir tahun 2020 yang lalu aku berkesempatan mengunjungi Kebun Teh Nglinggo. Kebun Teh Nglinggo sendiri berada di Dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Kebun Teh Nglinggo juga terhitung masih dekat dengan Puncak Suroloyo yang sebelumnya aku pernah kunjungi.

Akses jalan via Pertigaan Tumbak Anyar-Banyuasin-Pasar Plono menjadi rute keberangkatanku untuk menuju ke Kebun Teh Nglinggo. Untuk pembaca yang ingin menuju kesana dari arah Purworejo bisa mengambil rute seperti di atas. Nanti setelah sampai di Pasar Plono akan ketemu sebuah pertigaan. Nah, ambil yang arah lurus&jalan naik terus saja kira-kira 3 kilometer akan sampai di area Kebun Teh Nglinggo. Jika dari arah Jogja atau Magelang bisa ambil rute arah ke Dekso, Kulon Progo. Sesampainya di perempatan Dekso ambil arah ke Samigaluh. Dari Samigaluh masih terus saja sampai bertemu pertigaan Pasar Plono, dan selanjutnya bisa mengikuti arah ke Kebun Teh Nglinggo.

Untuk masuk ke area Kebun Teh tiap pengunjung akan dikenakan retribusi masuk Rp 3000, dan retribusi jasa lingkungan Rp 3000. Parkir pun tidak dipatok tarifnya, saat itu aku cuma disuruh membayar seikhlasnya saja oleh yang mengurusi bagian parkir, good lah menurutku. Sesampainya di area Kebun Teh, waktu itu aku diarahkan untuk parkir di area parkir bawah yang sudah tersedia dan selanjutnya bisa berjalan kaki untuk menuju kebun teh, atau naik sebuah mobil shuttle bagi yang ingin lebih cepat sampai. Tapi aku pilih jalan kaki saja, itung-itung olahraga. Di area parkiran ini juga terdapat mushola, toilet, dan warung. Oke lah menurutku fasilitas pendukungnya.

Kebun Teh Nglinggo sendiri menurutku areanya tidak terlalu luas, sangat jauh dibandingkan dengan Kebun Teh Kemuning, Ngargoyo, Karanganyar yg aku tau sebelumnya. Tetapi dengan menawarkan panorama yang cukup apik, Kebun Teh Nglinggo bisa menjadi salah satu andalan pariwisata daerah setempat.

Selain areal kebun teh, ada beberapa spot yang menarik untuk dikunjungi. Ada sebuah puncak dengan gardu pandangnya, entah apa namanya, karena waktu itu aku taksempat kesana dikarenakan hujan. Selain itu ada Bukit Ngisis, area kebun teh yang diblok dibuatkan area khusus yang terdapat beberapa spot foto ala ala kekinian. Untuk masuk ke area Bukit Ngisis ini kita diharuskan untuk membayar retribusi lagi sebesar Rp 10.000 per orang. Nanti kita juga bisa mendapatkan teh manis gratis di sebuah warung yang terdapat di area ini. Setelah puas foto-foto, ngeteh sambil makan camilan di warung saat hujan sungguh romantis bukan? (kalau kesana bersama pasangan)

Hujan reda, hari semakin sore, sudah puas dan segera pulang.